Pengarang : Hasria.H

Sungguh kesepian tersembunyi dibalik gulungan ombak yang salin berkejaran, angin yang berbisik menanyakan apa yang kualami. matahari ikut tak tampak melihat apa yang kulakukan hari ini,gerimis mewakili luapan emosi dan hujan semakin membuatku mengembalikan ingatan yang tidak ingin dikenang lagi, senja menjadi penutup hari ini.hanya putus asa yang menemaniku untuk cepat pergi meninggalkan bumi, bahkan sampai hari esok pun aku tidak berani melewatinya.Bukan kematian benar menusuk kalbuku tetapi kematian sia-sia yang tidak menguntungkan bagiku.bibir ini tersenyum merebahkan seluruh tubuhku diatas pasir membentangkan kedua tanganku menutup mata dan menarik nafas dalam-dalam.ingatan itu……………………………!!!
Aku gadis berusia 20 tahun tumbuh di keluarga yang broken home, kedua orang tuaku berpisah sejak 3 bulan yang lalu, aku tinggal di rumah besar yang hanya dihuni nenek,kakak laki-laki yang sudah ku anggap orang tuaku.ibuku tidak tahu entah kemana bersama pria lain tetapi ibu sering menelponku dan bertemu untuk melihat keadaan kami dan memberi kami biaya hidup,ayahku sibuk dengan dunia politik hanya mengunjungiku saat akhir pekan saja.aku bahkan tidak ingin tahu dimana,sedang apa? Aku membenci mereka kakakku seorang yang hanya mendengar perasaanku tetap entah kenapa dia berubah jarang pulang kerumah, sekedar datang untuk mandi dan berganti pakaian.di rumah tidak lagi ada cahaya, waktuku ku habiskan di tempat kuliah kesibukan yang bisa melupakan segala masalahku menjauhkanku dari kelabilan perasaan yang terkadang ingin membuatku memilih ingin mati.
Sudah begitu larut, tanganku mulai lelah mengerjakan tugas yang di berikan oleh dosen aku menatap jam dinding yang berada tepat dihadapanku, suasana kampus jika malam bagiku begitu menakutkan terkadang aku menginap di ruang secret.tetapi malam ini tidak, karena pria yang selalu bersamaku dan sudah kuanggap sahabat itu berjanji akan mengantarku pulang.aku tidak berani membangunkannya dia begitu tertidup lelap di atas sofa,melihatnya saat tertidur dan diam seperti itu membuat perasaanku tidak tenang.cukup lama aku menaruh perhatian kepada fais dan itu sangat tersembunyi walaupun aku tahu semua tentangnya dan selalu mendengar kesedihan yang aku alami surut langkahku untuk tidak menaruh lebih dalam perasaanku padanya agar aku tidak menyakiti siapa-siapa.
Aku menghampiri fais untuk membangunkannya, saat tanganku ingin menyentuh pundaknya agar dia terbangun tiba-tiba dia membuka mata menarik pergelangan tanganku sehingga tubuhku terjatuh di dalam dekapan dadanya, tubuh fais begitu keringat dan panas, aku yang tersentak kaget dan segera melepaskan dan memeriksa tubuh fais yang deman.aku segera mengambil obat penurun deman memberikannya kepada fais setelah itu ia kembali tertidur.
Aku menyandarkan tubuhku di samping sofa tempat fais berbaring tak lama dia terbangun dan duduk.
“ri, maaf membuatmu repot,” sahutnya berdiri meraih helm dan sweater.
“ mau kemana?” Tanyaku
“ bodoh, mengantarmu pulang,nenek pasti khawatir jika kamu belum pulang”
“ tapi kamu….”
Belum sempat mengatakan apa-apa fais menarik tangannya keluar ruangan lalu mengunci pintu. Nenek dan fais kenal begitu dekat dan mempercayakan aku pada fais sehingga nenek tidak perlu khawatir aku berteman dengannya walaupun kebaikan fais membuatku merasa tidak nyaman karena itu semakin sulit untukku menjauhi dan menghilangkan rasa sukaku kepadanya terkadang aku sering mengenalkannya pada teman wanitaku tetapi hanya beberapa hari berjalan dan setelah itu tidak lagi,entah karena dia menghargaiku karena ingin mencarikanya wanita sebagai teman hidupnya.tapi apa yang dikatakannnya “ 10 tahun kedepan aku masih tetap keren dan tampan,” dan selanjutnya itu dia mengatakan lebih baik aku yang segera menikah dengan cepat karena katanya ubanku mulaih tumbuh dan wajahku mulai menunjukkan penuaan.kadang aku bodoh juga bercermin memperhatikan diriku yang sama sekali tidak adanya menarik bagi pria.
“ sepertinya cucu nenek ini butuh penyegaran? Bagaimana kalau kamu dan teman-teman mengadakan perkemahan atau pergi kesuatu tempat sekedar menyegarkan pori-pori wajahmu” ujar nenek membelai rambutku
“ berapa kali aku harus mendengar Nenek mengatakan ini kepadaku”
Katanya sambil kedua tanganku melingkarkan di pinggang nenek mencium kedua pipinya.
Aku selalu bersyukur kepada Tuhan dan segala keridlaanmu menerima segala tiba Hanya nenek yang kumiliki dan tempatku bersandar saat ini jika terjadi apa-apa aku tidak tahu apa yang akan terjadi dalam goncangan jiwaku tanpanya di sisiku.
Duduk di dekat kolam renang memperhatikan air yang tertiup angin bagai menari-nari menghiburku, gerimis yang mulai membasahi rambutku,tiba-tiba tubuhku terdorong oleh seseorang yang tertawa melihatku jatuh di kolam renang dan basah.kekesalanku membuat fais semakin tertawa.
“ apa kamu senang kalau aku menderita “ Tanyaku berusaha naik ke pinggir kolam.
“ hampir benar juga! makanya jangan selalu berpikir putus asa begitu “ ujar fais ikut duduk di sampingku.
Dari belakang Nenek datang diikuti ferdi kakakku yang baru menampakkan dirinya beberapa minggu ini.aku menghampirinya memeluk ferdi.
“ kalian berdua sedang menganggurkan”
Tanya ferdi
“ memang ada apa baru datang di rumah sudah menanyakan hal seperti itu ?“
tanyaku kembali menatap pipi kak ferdi yang begitu sudak cekung kedalam dan tubuhnya begitu kurus.
“ Ayah masih rutinkan memberimu uang jajan?”
Tanyaku lagi memegang tangan kakakku itu.
“ kalian berdua bisa ikut denganku kesuatu tempat ! “ seru kakak memegang kepalaku memperhatikan kami berdua.fais mengangguk setuju tetapi aku masih bertanya ada apa dan mau kemana kakak akan membawa kami.aku segera mengganti pakaian yang dibelikan kakak kepadaku sedangkan fais memakai pakaian yang dipinjamkan kakak kepadanya.ternyata Nenek juga ikut yang aku pikirkan saat ini mungkin kakak mengajak kami untuk makan di sebuah restoran untuk menebus ketidak pulangnya beberapa minggu ini.
“ apa kalian menjalin hubungan? “ tanya kakak tiba-tiba.
Kakak melihat wajahku di spion mobil, fais yang dari tadi mendengar music di I podnya tidak mendengar apa-apa lalu melihatku dengan heran.
“ ada apa?” Tanya fais
Aku hanya mengelengkan kepala dan mencubit kakak yang tersenyum sambil memperhatikan senyuman nenek.
“ aku harap ria dan fais juga begitu, tetapi ini urusan mereka setidaknya kalian sudah lama bersama,mana mungkin diantara kalian tidak merasakan sesuatu” bisik kakak kepada nenek.
“ kalian berdua …… kenapa Nenek sekarang tidak berpihak kepadaku” kataku melipat kedua tanganku menghadap kejendela mobil. Kebetulan fais menghadap jendela pula sehingga tidak mendengar apa yang aku bicarakan.
Tak lama kemudian kami sampai di depan gedung sarjana tempat kakak kuliah aku yang tidak tahu apa-apa menatap kakak.
“ jadi selama ini kakak jarang dirumah karena ini,…… ?” kataku
“ kakakmu sengaja tidak memberi tahumu untuk hadiah ulang tahunmu yang bertepatan gelar wisudanya” jelas nenek, fais juga sudah tahu sebelumya,kakak masuk lebih dulu untuk menganti pakaiannya sedangkan kami bertiga memasuki gedung wisuda dan duduk sesuai nomor yang telah diberikan kakak.
Sambil duduk memperhatikan sekitarku yang begitu ramai dan suara menghimbau sudah memenuhi ruang kosong untuk segera tenang semua yang datang bersama orang tua mereka kecuali kakak yang hanya didampingi olehku dan nenek.perasaanku kembali merenik seakan aku merasa sendiri di tempat itu tanpa orang tua yang mengabaikan kami.aku juga ingin merasakan dekapan mereka,kelembutan mereka,kasih sayang serta saat aku merasa sedih dan memiliki masalah aku bisa bercerita kepada mereka.tapi itu khalayan yang hanya bisa ku gantungkan tanpa bisa kuraih lagi.aku menjatuhkan tetesan air mataku, tiba-tiba tanganku hangat aku menatap fais.
“ seharusnya kamu bahagia, jangan membuat suasana menjadi ikut sedih gara-gara tetesan air matamu itu “ bisik fais mengenggam jari-jariku dengan kedua tanganya menaruhnya diatas pangkuannya.aku berusaha tersenyum di depan fais.aku menghela nafas
“ setidaknya kedua orang tuaku meluangkan waktunya sejenak untuk melihat kakak atau hanya sekedar menghubungi kami, itupun sulit baginya” ujarku
Sungguh tak terduga, sampai dirumah pesta kecil-kecilan yang dibuat oleh kakak membuatku semakin bahagia walaupun hanya beberapa temanku yang datang serta teman kakak menambah meriahnya pesta walaupun hanya terbilang sangat sederhana setelah usai pesta kini tinggal kami bertiga kakak menyodorkanku tiket perjalanan kepulau yang sudah lama aku aku impikan untuk berkunjung ketempat itu.
“ hanya untuk 2 orang ! kakak tidak ikut?” tanyaku
“ tentu saja ini perjalanan wisatamu selama seminggu jadi nikmati saja” kata kakak
“ aku dan nenek saja ! aku harap ini perjalanan kita bertiga “ kataku lagi kemudian nenek tertawa.
“ siapa bilang Nenek akan menemanimu ! “ katanya aku membesarkan pupil mataku menatap mereka berdua berharap dapat jawaban dari pernyataan aneh mereka dan betapa terkejutnya aku mengetahui orang yang akan menemaniku.
“ kalian bercanda,?” kataku menjauh
“ fais juga setuju,aku khawatir bila kamu pergi sendiri karena kakak tahu kamu tidak terlalu bergaul dengan teman-temanmu yang lain kecuali fais” jelas kakak
“Nenek harap kamu tidak menolaknya, lagipula ini liburan semestermu. ! “ lanjut Nenek
Keesokannya pagi sudah memaksaku untuk membuka mata, hari ini aku harus berangkat karena fais sudah ada di pelabuhan menunggu, kakak mengantarku sebentar lalu kembali menemani Nenek yang sendirian di rumah aku bahkan tidak menyangka akan pergi berdua dengan fais.aku memperhatikan sekitarku cukup ramai dengan pasangan yang baru saja menikahi dan akan berbulan madu,sepasang kekasih menghampiri dan menyapa kami,
“ hai, kalian berdua pasangan yang sangat serasi “ katanya memperkenalkan dirinya
“ kalian salah kami berdua…… “ fais memotong pembicaraanku dan kembali memperkenalkan kami.
“ sepertinya perjalanan akan semakin seru,aku dan suamiku sudah lama merencanakan bulan madu kami yang tertunda “ katanya dengan mesra menunjukkan bahwa pasangan ini sepertinya menikmat benihi indah-indah pernikahannya.
Aku menjauh dari mereka menaiki perahu lebih dahulu diikuti fais
“ kakak pasti salah memberiku tiket perjalanan wisata, “ kataku mengeluh sambil duduk di meja makan, tak lama perahu sudah berlayar, membutuhkan waktu dua jam lebih untuk sampai ke pulau dari kejauhan fais sedang mengobrol dengan seorang wanita kenalannya yang kebetulan bertemu ditempat ini, aku menatap layar ponselku satu panggilan dari Nenek aku menelepon Nenek rasanya baru beberapa jam meninggalkan rumah rasanya bagiku tidak tega meninggalkan Nenek tapi dia menyuruhku untuk tidak khawatir terus terhadapnya.
Matahari makin meninggi, pulau semakin dekat sesampainya disana kami yang datang di sambut dengan meriah menggunakan tarian-tarian. fais berjalan lebih dulu aku masih memperhatikan sekitarku menikmati keindahan yang disuguhkan aku memejamkan mataku menghirup udara yang sangat segar, tiba-tiba fais kembali menarikku.
“ apa yang kau lakukan, kita harus ke penginapan tubuhku sangat lelah “ kata fais terus memegangi tanganku dan aku memintanya untuk melepaskannya.
“ jangan berpikir macam-macam tentangku,aku tidak ingin merusak reputasiku di sini “ kata fais berjalan di depanku.
“reputasi,?’memukul bahu fais’dasar aneh”.kataku
“ ria,kamu lihat gadis yang mengajakku berbicara tadi ?” katanya
“ memang kenapa dengan gadis itu,? jangan bilang kamu menyukainya tetapi dia sudah bersuami “
“ tentu saja tidak, sepertinya aku mulai menyukainya dia cukup lama mendekatiku, mungkin aku sudah bosan untuk sendiri dan menunggu “
“ bagus kalau begitu, aku akan membantumu untuk mengatakannya “
“ tidak secepat itu, aku takut akan menyakiti seseorang atau bahkan aku yang akan menyesal” fais berhenti di depan kamar menatapku sebentar.
“ baiklah aku harus segera beristirahat, jika kamu membutuhkan aku,kirim pesan saja di ponselku “ fais masuk kekamar sedangkan aku masih berdiri didepan kamar yang berdekatan dengan kamar fais, membayangkan tatapan fais kepadaku.aku merebahkan tubuhku di kasur empuk yang begitu hangat di tempat itu aku berdiri membuka jendela, ternyata di tempat ini begitu indah dan semuanya begitu jelas terlihat dari atas tempat ini,” sepertinya teras kamarnya ini akan membuatku nyaman”
Setelah menganti pakaian aku keluar kamar, aku sudah tidak sabar ingin berjalan-jalan mengitari pulau ini mengetahui keindahan apa saja yang tersembunyi. Sudah hampir senja berjalan di tepi pantai air laut yang begitu hangat menyegarkan kakiku, aku ingin sekali melihat matahari terbenam,sambil duduk di atas tumpukan pasir putih yang hangat memeluk lututku merasakan cahaya merah matahari yang akan segera meninggalkan tempatnya.
“ hai ria,apa yang kamu lakukan sendiri di sini,suamimu di mana ? “ sahut seseorang dari belakang.
“ mbak rosa “ kataku berdiri sepasang suami isteri yang menyapaku saat di perahu tadi.
“ suamimu dimana “ Tanya mas dicki
“ sepertinya kalian salah paham kami berdua bukan suami isteri dan karena sesuatu hal dia ikut menemaniku” kataku tersenyum.
“ sayang sekali,aku kira kalian sepasang suami isteri, atau kalian sepasang kekasih?? “
“ kami Cuma teman “ kataku lagi pamit untuk menghindari pertanyaan mereka.
Aku sudah cukup jauh dari mereka dan kini aku bisa melihat langsung keindahan yang diciptakan Tuhan kepada manusia, seseorang mengagetkan tiba-tiba duduk disampingku.
“ curang, kenapa tidak membangunkanku “ sahut fais
“ maaf, aku tidak berani membangunkanmu “
“ terlambat beberapa menit saja aku bisa ketinggalan moment seperti ini “ lanjut fais menyenggol pundakku.
langit sudau gelap tinggal sisa cahaya senja menghiasi langit serta bintang-bintang terlihat jelas dari sini,suara fais membuyarkan lamunanku.
“ ri “ katanya menatapku
“ apa kamu akan tetap seperti ini, ?”katanya kembali
“ maksudmu..! “
“ aku Cuma khawatir denganmu yang belum bisa membuka hatimu untuk seseorang,aku tidak ingin kamu merasa kosong”
“ kita berdua sudah berjanji tidak akan membicarakan ini”
“ aku tahu dan ini demi kebaikanmu juga,cobalah untuk menerima seseorang dalam hidupmu”
“ sudahlah, aku tidak ingin membahas ini pasti nenek yang menyuruhmu mengatakan ini kepadaku..! “
“ aku berterima kasih kamu memperhatikan aku, tetapi untuk urusan ini aku belum bisa “ ucapku lagi melangkah pergi.
“ mengapa??”
Langkahku terhenti, fais berdiri tepat di belakangku.
“ tidakkah kau lihat Nenekmu semakin tua,ferdi juga akan segera menikah,mereka tidak selamanya di sisimu menemanimu kau tetap ingin begini.?”
“ jangan selalu meneteskan air matamu karena tidak akan merubah semuanya” lanjut fais,
“ kau tidak tahu apa-apa fais,keluargaku hancur mendengar pertengkaran orang tuaku,dan akhirnya aku terpisah dengan mereka,awalnya aku berpikir kakak sudah terguncang pergi dari rumah beberapa minggu,menjadi pemabuk,berandalan tapi aku bersyukur kakak tetap kuat dan bisa berdiri sendiri,tetapi aku tidak bisa seperti kakak.aku tidak ingin mengalami kejadian yang orangtuaku alami”
“ apa kamu ingin hidup sempurna,tanpa masalah rumit yang Tuhan sudah atur,scenario hidup manusia sudah di atur,lebih baik kamu mati jika ingin jauh dari masalah” tambah fais aku membalikkan tubuhku melihatnya.
“ aku tahu, tapi kamu tidak mengerti apa yang kurasakan jadi cukup aku tidak ingin mendengarnya lagi “ aku kembali melangkahkan kaki
“ bodoh, menangislah sepuasmu tetap tidak akan berubah semuanya “ teriak fais entah apa yang dia katakan aku tidak ingin dengar, bukannya membaik tetapi semakin buruk.
Aku berdiri di teras menenangkan perasaanku melihat langit luas terbentang, bintang yang berkedip serta bulan sabit yang seakan tersenyum kecil kepadaku sedikit mengobati kepiluan hatiku,ucapan fais terbayang di benakku apa yang di katakannya memang benar tetapi tidak semudah itu ku lakukan bisa menerima seseorang di hatiku, terlalu banyak pria yang mendekatiku aku hanya mengacuhkannya.aku memegang dadaku menutup mataku “ fais aku sudah menyukaimu begitu dalam, selalu berusaha untuk meniadakanmu tapi kenapa tidak bisa, apa kamu tidak bisa membacanya? Kamu selalu ada dalam kenyataanku dan sungguh sulit untukku pergi jika kamu selalu berada di sisiku ”,
Perutku berdesis karena sejak tadi siang makanan belum menyentuh perutku, aku mengambil dompet untuk mencari tempat makan malam yang ada di samping penginapan,betapa terkejutnya aku saat membuka pintu, fais berdiri tepat di hadapanku meminta maaf kepadaku.
“ seharusnya aku yang minta maaf “
“ bagaimana kalau kita turun untuk makan malam, perutku dari tadi kelaparan “ ujar fais memegangi perutnya.
Setelah selesai makan fais mengajakku ke cafe mencicipi kopi yang katanya begitu enak di pulau itu, sambil menikmati alunan lagu yang slow fais menawarkan dirinya untuk naik ke panggung menyanyikan sebuah lagu. Fais sangat suka menyanyi suaranya juga cukup bagus tidak salah kalau di kampus dia vokalis dalam bandnya dan banyak di kagumi wanita.
“ hei ria “ sapa salah wanita yang tidak asing untukku dia wanita yang di ajak mengobrol di perahu oleh fais.
“ kamu renita, fais sudah cerita tentangmu” kataku
“ kalian berdua sangat dekat “
“ dia temannku, tidak usah khawatir aku dengan fais tidak memiliki hubungan apa-apa” jelasku aku sudah tahu maksud dari gadis itu menghampiriku.
“ syukurlah “ katanya tersenyum
“kamu harus mengatakan perasaanmu padanya, dia itu pria yang sangat sulit untuk di dekati“ kataku
“kamu mau membantuku untuk mengambil hati fais.” Katanya memegang tanganku,tiba perasaanku melemah
“ tentu saja, aku akan memberi tahu satu rahasia padamu, fais pernah mengatakan padaku kalau dia juga mulai menyukaimu.” Kataku tersenyum
“ benarkah..?” kata renita tampak jelas dia begitu bahagia mendengarnya.
Di lain sisi aku bahagia tapi disudut lain ada perasaan aneh yang menyelimutiku,tapi inilah yang kuinginkan selama ini untuk fais, karena aku tidak selamanya di dekatnya begitupun sebaliknya dengan begini mungkin perasaanku akan semakin hilang kepadanya tiga hari berlalu dan itu yang ku lihat mereka berdua semakin dekat, dan fais lebih banyak meluangkan waktunya pada renita, aku hanya bisa bertemu dengannya jika malam hari membicarakan tentang renita kepadaku.malam itu diteras aku menunggu fais keluar tapi lama aku menunggu fais juga tidak tampak di terasnya mungkin fais sedang bersama renita saat ini,tidak lama kemudian seseorang mengetuk pintu.
“fais..” ucapku melihat yang datang fais, dia langsung masuk ke kamarku
“ada apa,aku kira kamu sudah melupakanku sejak bersama renita.apa kalian sudah resmi pacaran?” Tanyaku sambil duduk di kasur dan fais ikut duduk di sampingku
“aku belum mengatakannya”
“kenapa?” tanyaku lagi
“entahlah….!”
“renita itu gadis yang baik,sopan dan juga cantik dia juga sesuai dengan karakter yang kamu cari,terus apa yang membuatmu tidak mencoba untuk menjalani hubungan dengannya “ tambahku menuju teras, dan fais masih terdiam di sampingku berdiri memegang tepi teras sambil memandang langit.
“ri, bisa aku meminta sesuatu padamu,aku ingin memastikan perasaanku kepada renita”
“tentu” kataku
“peluk aku”ujar fais menatapku.
Tubuhku ditariknya, fais memelukku saat itu aku bisa merasakan dingin dan hangat tubuhnya serta detakan jantungnya yang terpacu, cukup lama dalam dekapannya aku tidak tahu apa yang dirasakan fais tapi yang aku takutkan fais tidak akan seperti dulu lagi karena kehadiran renita. Fais melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan kamarku.aku kembali memegangi dadaku merasakan begitu sakit detakan jantung yang rancu, aku jatuh berlutut kembali menangis.
“fais,perasaan apa ini,aku tidak ingin ini terjadi?”
Tidak terasa seminggu berlalu renita dan fais sudah sangat dekat dan aku mencoba menghindari fais dengan berbagai alasan dan aku ingin segera sampai di rumah memeluk Nenek yang begitu ku rindukan saat ini, menikmati pemandangan laut dan angin yang sejuk aku memandang pulau yang semakin jauh,lamunanku buyar saat seseorang memegang pundakku.
“ria” sapanya kepadaku, dia mbak ros serta suaminya mengajakku kebawah untuk melihat jelas bawa air.aku juga begitu senang bisa di ajak oleh mereka tiba-tiba langkahku terhenti dari kejauhan seorang wanita baya yang ku kenal sedang mengobrol dengan seorang laki-laki mungkin itu adalah suaminya. Aku mendekat dan ternyata benar wanita itu adalah ibu bersama suaminya.
“ria kamu wisata kepulau ini juga, mengapa tidak menghubungi ibu” katanya langsung memelukku tapi aku melepaskan pelukan ibu.
“mengapa aku yang harus menghubungi ibu,?” kataku sedikit kesal
“maaf ibu tidak sempat,” katanya dan tiba seseorang datang yang juga memanggilnya ibu.
“ ada apa ibu ?” katanya dan wanita itu adalah renita,aku sudah tidak tahu apa yang akan aku katakan lagi, seketika itu aku pergi meninggalkan mereka bersembunyi di balik gudang perahu hanya suara ibu yang terus memanggilku, aku semakin sakit aku ingin tiba di rumah aku ingin memeluk Nenek, fais kini berada di hadapanku, aku memohon kepadanya agar tidak memberi tahu keberadaanku. Aku berdiri memeluk fais menangis tersedu-sedu,aku tidak tahu bagaimana meluapkan perasaanku.
“sebentar lagi kita sampai tenanglah ri,aku akan selalu ada untukmu ”
Setibanya di rumah, aku di sambut kabar Nenek yang masuk rumah sakit,aku terus kerumah sakit kesedihanku semakin bertambah melihatnya terbaring lemah dengan oksigen di mulutnya untuk membantu pernafasan Nenek.
“Nenek tidak apa-apa, dia akan sembuh dengan segera”
“apa yang terjadi?”
“Nenek terjatuh dari tangga tapi kata dokter dia tidak apa-apa Cuma benturan yang sedikit membuatnya shock” rasa lelahku kini hilang aku menjaga Nenek semalaman aku bersyukur Nenek tidak apa-apa dan besok Nenek bisa check out dari rumah sakit dan kami bisa berkumpul seperti dulu lagi,niatku untuk menceritakan tentang ibu kepada Nenek aku urungkan aku takut jika kondisinya semakin parah dan menunggu sampai dia sehat seperti dulu lagi.
Aku sangat bersyukur karena kondisi Nenek semakin membaik, kakak yang baru saja mendapatkan gelarnya kini bisa di terima di perusahaan dengan jabatan serta gaji yang cukup,kehidupan materiku semakin membaik segala perubahan di lakukan kakak mulai merenovasi ulang rumah sesuai keinginanku dengan kakak, dan sebentar lagi kakak akan menikah, aku begitu senang tapi aku juga merasa sedih karena aku tidak bisa bersama kakak lagi seperti dulu.akhirnya malam pernikahan kakak tiba aku tahu ayah akan datang tidak lama kemudian di susul ibu bersama renita yang bergandengan dengan fais.aku cukup sakit saat itu dan memutuskan untuk tidak menemui ibu yang kehadirannya hanya sebentar, sedangkan ayahku berjanji akan menginap di rumah ini.terlihat renita menghampiriku.
“aku benar-benar minta maaf atas kejadian waktu itu” kata renita
“aku sudah memaafkanmu,ini bukan salahmu dan bagaimana hubunganmu dengan fais”
kataku mengalihkan pembicaraan
kataku mengalihkan pembicaraan
“sejauh ini baik-baik saja tapi dia sering membahasmu jika kami bersama”katanya
aku cukup senang mendengar fais menanyakanku,tidak melupakakanku atau benci kepadaku karena sudah cukup lama aku tidak mengobrol dengannya dengan menjauhinya untuk sementara waktu.
“aku senang memiliki saudara sepertimu,dan aku ingin kau tidak membenciku” lanjut renita
“dansa segera dimulai,aku harap kamu ikut berpartisipasi di acara dansa ini.” Kataku masuk kedalam menemui kakak dan mempersilahkan mereka berdansa,dari jauh aku melihat fais yang begitu bahagia dengan renita, walau ada perasaan sakit melihat mereka Nenek menghampiriku yang hanya berdiri melihat para tamu berdansa dengan pasangannya.
“bagaimana kalau aku berdansa dengan Nenek,” kataku meraih kedua tangan Nenek
“jangan sembunyikan kesedihanmu seperti itu,aku tahu kamu pasti sakitkan”
“sudahlah Nek,lagi pula aku sendiri yang menginginkannya”
Fais dan renita menghampiriku,renita berpamitan terlebih dahulu meninggalkan pesta sedangkan fais menarik tanganku untuk ikut berdansa.aku berusaha menolak tetapi fais begitu memaksa.dia tersenyum kepadaku memegangi pinggangku
“akhirnya aku bisa bicara denganmu,mengapa menghindariku selama ini?!”
“aku tidak menghindarimu, hanya saja mungkin saat ini ada hal yang harus aku krjakan.kamu tahukan skripsi itu menyusahkanku”
“jangan jadikan itu alasan untuk menghindariku,alasan yang tidak logis bukan!”
“itu memang benar,”
“jadi dosen pembimbing itu berbohong kepadaku,katanya skripsimu di pilih dan dijadikan bahan presentasi,bagiku itu tidak menyusahkanmu jadi alasan apa lagi yang kamu ingin utarakan kepadaku” katanya membuatku tidak bisa berkata apa-apa.fais menarik tanganku mengajakku keluar dari suasana ramai ini,ia menaiki tangga masuk ke dalam kamar lalu menutupnya.
“ada apa ini?”tanyaku heran melihat sikap fais
“aku hanya ingin bicara berdua denganmu,aku begitu sulit menemuimu akhir-akhir ini”
“apa yang ingin kamu ketahui?.”
“perasaanmu?”
“perasaanku, tahu apa kamu tentang perasaanku”
“aku tahu karena detakan jantungmu memberitahu”
“aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan,sebaiknya kita keluar,kakak pasti mencariku”
“jangan pura-pura tidak tahu?,jangan menghindar lagi dariku”
“baik,katakan apa yang ingin kamu tahu?” kataku menatap fais
“perasaanmu padaku,”
“perasaanku tetap kita berdua Cuma teman,dan kamu begitu baik padaku dan Nenek,apalagi yang ingin kamu tahu” kataku spontan fais memegang pundakku dengan erat.
Cukup lama Fais menatapku ia mengharapkan jawaban dariku, mungkin ia sudah tahu perasaanku kepadsanya,aku kemudian menunduk terdiam setelah lama memikirkan kata yang aku ucapkan kepadanya.
“aku takut ini terlalu dalam,memakan sumpahku sendiri,sudah lama aku berharap kamu segera tahu,tetapi terlalu lama kamu sadar akan hal ini,aku juga tidak ingin merusak pertemanan kita”
“justru kamu kamu sudah merusaknya,kamu menyudutkanku di antara pilihan ini,kamu yang membawaku seperti ini,kamu tahu bagaimana sakitnya terpaksa menyukai seseorang sedangkan di lain pihak aku mengharapkanmu,”
Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi kepada fais,mungkin memang benar aku merenggangkan pertemananku dengannya,mengacaukan semuanya demi sebuah keegoisan yang tidak berharga dari orang yang tulus bahkan maaf begitu sulit kuucapkan kepadanya.
“katakan sesuatu ri,katakan kamu juga menyukaiku dan kita perbaiki ini semua”
“renita begitu baik,aku lebih membencimu jika kamu menyakitinya demi aku”
Fais melepaskan tangannya dari pundakku,melayangkan tinjunya ketembok sehingga tangannya terluka.
“aku akan memperbaiki semuanya” fais meraih tanganku dengan paksa memasang cincin dijariku,cincin itu sama persis dengan cincin yang pernah ku lihat di tas fais.
“cincin yang pernah kau tanyakan ini,orang yang ku maksud adalah dirimu”
Fais melangkah keluar kamar dia sempat menatapku kembali lalu pergi aku memperhatikan cincin itu,cincin ini terakhir aku melihatnya 6 bulan yang lalu,dia menceritakan kepadaku betapa susahnya membeli dan mengumpulkan uang untuk membeli cincin itu dan ternyata cincin itu ditujukan kepadaku,aku tidak tahu lagi akankah aku menyesal untuk ini,semua masalah bersumber dariku.aku menghampiri Nenek dan memeluknya.
“semuanya membenciku Nek,”
“ini bukan kesalahanmu,Nenek tidak bisa menemanimu lagi seperti dulu ri,aku harap nenek bisa melihat dirimu segera bahagia dengan seseorang yang kamu sukai”
“aku yang memulai masalah”
“jangan katakan itu lagi,kembalilah kekamarmu dan istirahatlah”
Aku melangkah keluar kamar,kembali merebahkan tubuhku di tempat tidur,aku juga sudah lelah menangis,aku sudah tahu bagaimana akibat mementingkan egoku sendiri.
Malam semakin larut,mataku masih tidak terpejam bahkan sampai pagi pun mataku masih sayu,aku menghampiri kamar nenek karena baru kali ini nenek tidak membangunkanku.betapa terkejut melihat Nenek terbaring dilantai,aku membangunkan ayah serta kakak,lalu membawanya kerumah sakit Nenek tidak sadarkan diri. satu jam menunggu didepan unit gawat darurat akhirnya dokter yang memeriksa nenek keluar,dengan wajah membawa berita buruk yang membuatku menangis menjerit,kematian yang sungguh membuatku terhunus pedang tak ku tahu setinggi itu atas debu,semuanya pergi dan mengapa tahun ini kesedihanku semakin bertambah.bahkan sampai proses pemakaman selesai aku masih berdiri menatap Nisan yang tertulis nama nenek,semuanya akan kembali ketanah debu yang dianggap kotor itupun dari tanah,aku tidak ingin larut dalam kesedihanku semakin panjang,aku ingin nenek pergi dengan tenang, jiwaku bahkan sudah goyah rasanya,melamun dan tanpa bicara apa-apa sepatah katapun,kini ayah lebih banyak meluangkan waktunya itu sedikit menghiburku.1 bulan berlalu aku kesedihan masih saja mengikutiku,untuk itu aku memutuskan untuk pergi menenangkan perasaanku.
Hujan turun dengan lebat aku membuka mataku air laut sudah mencapai dadaku,ombak yang tertiup menengelamkan seluruh tubuhku aku bahkan ingin mati dan untuk apa aku kesini?seseorang tiba-tiba mengangkat tubuhku dari gulungan tangan ombak yang siap menerima tubuhku untuk hanyut fais membaringkan tubuhku di tempat tidur, kulihat renita membuka bajuku dan mengantinya,bahkan aku sempat tersenyum dan berharap ketika aku memejamkan mata aku sudah tiada lagi.dosa,suka dan duka maha tuan bertakhta,Yang Maha Pencipta –lah yang tahu segalanya.
Aku membuka mataku berharap yang kutemui seperti yang di katakan orang-orang bahwa ketika mati dua malaikat akan menyambutku tetapi yang kulihat hanya fais dan renita.
“ri,kamu sudah sadar” kata renita kulihat fais berdiri di sampingnya
“mengapa kalian berdua ada disini” kataku
“kamu membuat kami khawatir terutama fais,” kata renita menatap fais
“fais seperti kehilangan arah mencarimu,tanpa lelah dia berlari mencarimu di sekitar pulau ini dan aku sadar fais begitu menyayangimu,beda dengan aku tidak merasakan apa-apa selama bersama-sama dengan fais,aku pikir ini cinta tetapi setelah kujalani hanya sebatas kekagumanku terhadap fais” ujar renita meninggalkan kami berdua.
“lihat dirimu,wajahmu pucat tubuhmu begitu kurus ! apa kamu bisa mengurusi ketika kita menikah nanti” ujar fais duduk di sebelahku.
“kamu tidak pernah berubah,di saat seperti ini kamu masih bisa bercanda?” kataku
“aku tidak ingin kehilanganmu,jadi aku mohon hiduplah untukku dan jalani ini denganku”
“bagaimana dengan renita?”
“kamu sudah mendengarnya langsung dari renita.jadi demi aku,ayah,ibumu serta ferdi,jangan membenci mereka,karena mereka juga tidak menginginkan ini dan aku mohon kamu bisa mendampingiku”
Aku tersenyum kepada mereka satu persatu tak ku tahu kelemahanku ini membuatku tahu arti untuk berbagi hidup tanpa mementingkan kepentinganku sendiri,kalau hidupku sudah di di skenariokan mati,hidup sudah di tentukan nisan hanya sebagai symbol pengingat untuk selalu mengingat kematian dan untuk mengingatkan manusia akan orang-orang yang mengadakan perjalanan kematiannya.
Selasa 17 december 2012
Nisan
Story five next someone help me my heart.
HASRIA LAUTNER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar